Popular Post

Archive for 2015

Apa itu SEO

By : Unknown

Sekilas Sejarah SEO

Menurut Danny Sullivan, istilah search engine optimization pertama kali digunakan pada 26 Juli tahun 1997 oleh sebuah pesan spam yang diposting di Usenet. Pada masa itu algoritma mesin pencari belum terlalu kompleks sehingga mudah dimanipulasi. Versi awal algoritma pencarian didasarkan sepenuhnya pada informasi yang disediakan oleh webmaster melalui meta tag pada kode html situs web mereka. Meta tag menyediakan informasi tentang konten yang terkandung pada suatu halaman web dengan serangkaian kata kunci (keyword). Sebagian webmaster melakukan manipulasi dengan cara menuliskan kata kunci yang tidak sesuai dengan konten situs yang sesungguhnya, sehingga mesin pencari salah menempatkan dan memeringkat situs tersebut. Hal ini menyebabkan hasil pencarian menjadi tidak akurat dan menimbulkan kerugian baik bagi mesin pencari maupun bagi pengguna internet yang mengharapkan informasi yang relevan dan berkualitas. sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Optimisasi_mesin_pencari/

Pengertian SEO

Pengertian SEO atau Search Engine Optimization adalah suatu teknik untuk memaksimalkan suatu website agar lebih dikenal atau lebih mudah dibaca oleh search engine. Teknik SEO dilakukan melalui proses yang systematis artinya teknik seo harus mengikuti aturan-aturan yang berlaku pada suatu search engine tertentu yang menjadi rujukannya

1. Teknik SEOditerapkan pada suatu website dengan tujuan untukmeningkatkan jumlah pengunjung website tersebut. Banyak sekali faktor yang menentukan keberhasilan dalam SEO namun dapat di golongkan menjadi dua yaitu :

2. Onpage Optimazation yaitu teknik melakukan optimasi dari dalam suatu website dengan jalan memodifikasi faktor-faktor tertentu dari bagian suatu website misalkan menentukan title, tag, content yang relevan dengan title dan lain-lain

3. Offpage Optimazation yaitu teknik optimasi yang dilakukan dari luar bagian website dengan tetap mengacu pada alogaritma search engine tertentu misalkan memperbanyak backlink yang berkualitas

Teknik SEO bagi kebanyakan orang bisa terbilang sulit karena membutuhkan skill yang cukup dan tingkat kesabaran yang tinggi sedangkan hasilnya tidak dapat dilihat secara langsung. Selain itu metode search engine tertentu, untuk meng-index hasil pencarian juga sering berubah. Oleh karena itu SEO dapat dikatakan sangat dinamis karena metodenya berubah dari waktu ke waktu dan juga SEO tidak dapat memberikan jaminan apakah website Anda akan muncul dalam index pencarian teratas atau tida

Keuntungan Melakukan SEO

Banyak sekali keuntungan dari melakukan SEO yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, diantaranya yaitu : 1# Mendatangkan Traffic yang Banyak Kita semua pasti tahu jika situs atau blog berada pada halaman satu Search Engine pasti akan mendatangkan pengunjung (Traffic) yang sangat besar, tergantung pada keyword yang kita target dan besar kecilnya data hasil pencarian dari Google Planner2# Meningkatkan Penjualan Jika suatu situs menjual suatu produk atau barang seperti lazada.co.id yang menjual aneka barang seperti laptop atau lainnya, maka jika ada orang mencari di google dengan keyword “jual laptop murah” kemudian situs tersebut ranking 1, maka sudah 95% lazada akan mendapatkan penjualan dari hasil SEO tersebut. 3# Meningkatkan Daya Saing Mudah saja untuk keuntungan SEO yang satu ini, jika posisi suatu situs lebih tinggi maka secara otomatis daya saingnya pun akan lebih tinggi. Masih banyak lagi keuntungan dari SEO ini yang tidak saya sebutkan semua, karena saya yakin dengan 3 hal diatas saja pasti anda sudah mengerti mengenai keuntungan SEO.

Tujuan Optimasi SEO

Tujuan dari dilakukannya optimasi SEO on page maupun optimasi SEO off page memiliki tujuan yang sama yaitu menempatkan sebuah situs web atau blog pada posisi teratas hasil pencarian, atau setidaknya halaman pertama hasil pencarian berdasarkan keyword (kata kunci) tertentu yang dibidik atau ditargetkan dan perbedaannya terletak di cara optimasinya. Karena website atau blog yang menempati dan berada di teratas pada hasil pencarian memiliki peluang lebih yang besar untuk mendapatkan pengunjung dari mesin pencari, karena pengunjung pasti akan lebih mengutamakan blog yang paling atas terlebih dahulu, lalu mengkliknya dan mengunjungi website atau blog tersebut. Untuk cara menaikan posisi artikel di Search Engine Result Page (SERP) kalian bisa membaca artikel tentang cara meningkatkan posisi artikel di SERP dengan blog dummy ini.



Sumber : 

http://www.pojokwebsite.com/pengertian-seo.html
http://www.rudinazar.com/apa-itu-seo/
http://m-seo.heck.in/pengertian-seo-dan-definisi-apa-itu-seo.xhtml

Digital Marketing

By : Unknown
Marketing Institut dalam jurnalnya “What is digital marketing” mendefinisikan digital marketing sebagai “penggunaan teknologi digital untuk menciptakan komunikasi terpadu, terarah dan terukur yang membantu memperoleh dan mempertahankan pelanggan sambil membangun hubungan yang lebih mendalam dengan mereka.”



Dapat Disimpulkan Digital Marketing
Praktek yang mempromosikan produk dan jasa dengan menggunakan saluran database yang didistribusikan secara online untuk menjangkau konsumen dengan cara yang relevan, pribadi dan hemat biaya.



Digital marketing pada dasarnya merupakan sesuatu yang berkaitan dengan ide-ide yang dituangkan dalam dunia digital, hal yang menjadi tolak ukur kesuksesannya adalah ketika produk-produk yang ditawarkannya itu apakah menjadi bahan pembicaraan oleh masyarakat.



Definisi tsb, memiliki intrepretasi yang komprehensif. Diantaranya mencakup perangkat digital, tertarget, terukur dan segala sesuatu yang memiliki hubungan yang diperlukan dalam mendefiniskan digital marketing. Membangun hubungan karena pemasaran menggunakan teknologi digital


Agar lebih jelas dalam membedakan perangkat digital marketing online. Sebagai permulaan, beberapa perangkat digital yang termasuk bentuk-bentuk tradisional dari pemasaran digital seperti; Radio, TV, billboard, dan media cetak .




Menurut (Gary, Wong, Philip Kotler, & John Saunders, 2008) Pemasaran adalahmengelola hubungan pelanggan dengan menguntungkan. Tujuan ganda dari pemasaran adalah untuk menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai superior dan mempertahankan pelanggan saat ini dan tumbuh dengan memberikan kepuasan.

E-Marketing menurut (Chaffey & Mayer, 2009)adalah pemasaran yang memiliki lingkup lebih luas karena mengacu pada media digital seperti web, e-mail dan media nirkabel, tetapi juga meliputi pengelolaan data pelanggan digital, dan juga bagaimana Internet dapat digunakan bersama dengan media tradisional untuk memperoleh dan memberikan layanan kepada pelanggan.
Saat ini semuanya menjadi elektronik. marketer menggunakan teknologi untuk melakukan kegiatan usaha. E-marketing menciptakan, berkomunikasi, dan memberikan proses nilai kepada pelanggan yang menggunakan sistem teknologi informasi, dan untuk mengelola dan memelihara hubungan dengan pelanggan untuk mendapatkan manfaat bagi organisasi atau perusahaan dengan para stakeholder (J.a.F.R.Strauss, 2009). E-marketing menggunakan metode teknologi informasi ke dalam prinsip-prinsip pemasaran tradisional.

Dalam jurnal (Hidayat & Tobing, 2012) di katakan bahwa pemasaran dengan digital marketing mempunyai kaitan yang sangat kuat. jika seseorang mulai mengeksplorasi bisnis pemasaran melalui internet ia akan segera menemukannya bahwa daripada mencari beberapa pelanggan, dia sekarang akan memiliki kemampuan untuk mencapai jutaan pelanggan dari pendekatan global dan kelompok yang lebih spesifik dan juga dari pelanggan yang lebih dekat dengannya juga, daya tarik juga lebih luas daripada bisnisnya yang di miliki sebelumnya. Dia bisa menggunakan media sosial sebagai pasar, dan juga memiliki pasar yang ditargetkan.

KEUNGGULAN DIGITAL MARKETING

Internet menjadi salah satu pusat online digital marketing dan media pemasaran yang sangat kuat, terjangkau dan efektif untuk mendapatkan umpan balik langsung dengan proses interaksi dan monitoring yang lebih mudah.


Internet dapat digunakan baik untuk mengirim pesan kepada seseorang seperti email, IM, RSS, atau podcast, juga untuk menyebarluaskan konten, iklan banner dan bayar perklik (istilah iklan dalam mesin pencari). Oleh karena itu, internet dapat dianggap sebagai kombinasi dari push dan pull teknologi untuk melaksanakan kampanye pemasaran.


Dengan media digital online tsb, memungkinkan organisasi bisnis dapat melihat secara real-time bagaimana kampanye pemasaran bekerja, seperti Apa yang sedang dilihat, seberapa sering, berapa lama, serta tindakan lain seperti tingkat respon dan pembelian yang dilakukan.

Digital marketing online dapat didistribusikan pada tingkat yang lebih cepat dan jangkauan yang lebih luas dari komunikasi pemasaran tradisional.


Media digital memungkinkan konsumen untuk menelusuri informasi lebih dalam yang dibutuhkan untuk membuat keputusan sebelum melakukan pembelian. Selain itu, konsumen dapat melakukan interaksi secara cepat dengan penjual berkenaan dengan produk yang ditawarkan.

Digital marketing itu tidak hanya berhubungan dengan iklan semata, karena iklan merupakan salah satu cara dalam memasarkan produk yang sebenarnya kurang memilki kredibilitas. Hal tersebut bisa dilihat dari sekitar 76% orang yang tidak mempercayai iklan perusahaan karena dianggap berbohong.

“Iklan bukan jalan satu-satunya dalam digital marketing dan merupakan cara yang kurang efektif kecuali kalau kita mempunyai uang yang begitu banyak”. Karena iklan pada dasarnya secara tidak langsung memaksa seseorang untuk melihatnya.

Contoh Perusahaan Yang Memakai Digital Marketing, Ada beberapa contoh perusahaan yang menggunakan Digital Marketing diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan Nippon Paint
2. Perusahaan Toyota
3. Perusahaan Yamaha
4. Perusahaan Samsung
5. Perusahaan Nokia

Digital Marketing Website



Strategi Pemasaran Dalam Digital Marketing; 
Ada beberapa langkah-langkah sederhana mengenai strategi pemasaran dalam digital marketing yang sangat efektif membangun kesadaran digital dan meningkatkan kesadaran merek. Adapun strategi pemasaraannya Sbb :

A. Langkah 1. Pahami target pasar ;
Siapa mereka ? Dimana Mereka? Jurnal apa yang mereka baca? Mencari jaaban adalah salah satu cara membuat personal. Personal adalah deskripsi dari orang tertentu yang mungkin inhin layanan anda.

B. Langkah 2. Analisa Pesaing;
Jangan abaikan pesaing anda. Lakukan penelitian terhadap mereka untuk melihat bagaimana mereka menggunakan saluran pemasaran digital dalam menjangkau pelanggan.

C. Langkah 3. Prioritaskan Taktik dan Saluran Digital ;
Ada begitu banyak saluran media digital online, anda harus dapat menentukan saluran mana yang cocok untuk anda, (Youtube, Facebook dsb)


D. Langkah 4. Memaksimalkan Potensi Saluran ;
Berbagai saluran digital dan taktik akan benar dan untuk bisnis tergantung pada tujuan bisnis setelah tau tujuan bisnis tersebut barulah kita harus memaksimalkan potensi saluran itu.

E. Langkah 5. Mengukur Hasil ;
Membuat indikator kinerja yang diukur dan terukur , misalnya meningkatkan penjualan online sebesar 30% dari sebelumnya, meningkatkan lalu lintas pencarian alami 40%, meningkatkatkan keterlibatan media sosial facebook 25%.

F. Langkah 6. Analisa Efektivitas ;
Anda dapat menguji apakah kampanye pemasaran anda efektif dengan melacak melalui Google Analyst dan mentrik lainnya seperti facebook twitter atau yang memakai blacberry bisa dalam group BBM.


Terimakasih 

Sumber : http://brianlee.blog.binusian.org/2014/06/09/analisa-penerapan-dan-perkembangan-digital-marketing-pada-zara/

DELEGASI DAN PERBEDAAN MARKETING DI TIGA MALL BANDUNG (BIP,BALTOS,FESTIVAL CITYLINK)

By : Unknown
Delegasi adalah suatu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Ada alasan mengapa diperlukan pendelegasian, yaitu :1. Memungkinkan atasan dapat mencapai lebih dari pada mereka menangani setiap tugas sendiri.2. Agar organisasi dapat berfungsi lebih efisien.3. Atasan dapat memusatkan tenaga kepada suatu tugas yang lebih diprioritaskan.4. Dapat mengembangkan keahlian bawahan sebagai suatu alat pembelajaran dari kesalahan.5. Karena atasan tidak mempunyai kemampuan yang dibutuhkan dalam pembuatan keputusan.Dibawah ini adalah prinsip – prinsip klasik yang dapat dijadikan dasar untuk delegasi yang efektif :1. Prinsip scalar.2. Prinsip kesatuan perintah.3. Tanggung jawab, wewenang, dan akuntabilitas.Yang memungkinkan gagalnya delegasi, yaitu:1. Atasan merasa lebih jika mereka tetap mempertahankan hak pembuatan keputusan.2. Atasan tidak ingin ambil resiko kalau saja bawahannya salah ataupun gagal dalam menjalankan wewenangnya.3. Atasannya kurang atau tidak percaya kepada bawahannya.4. Atasan takut apabila seorang bawahannya melakukan tugas dengan sangat baik dan efektif, sehingga dapat mengancam posisinya sebagai atasan.5. Bawahan tidak menerima dengan alasan dapat menambah tanggung jawab yang sudah diterima.6. Bawahan takut tidak dapat menjalankan tugas – tugas dengan benar dan dikatakan gagal.
7. Bawahan merasa tertekan apabila dilimpahkan tanggung jawab yang lebih besar. 



PERBEDAAN MARKETING DI TIGA MALL BANDUNG (FESTIVAL CITYLINK ,BALTOS ,BIP)



Festival City link
 Baltos
 BIP
Festival City Link dibangun dengan konsep mixed use, Festival Citylink akan menjadi salah satu pusat perbelanjaan terlengkap di Kota Bandung, gabungan antara Shopping Mall, Convention and Exhibition Hall, Hotel dan Condotel secara terpadu di dalam satu lokasi, dan juga Festival City Link selalu berinovasi pemasarannya seperti Mid-Night sale untuk menarik para konsumen, 
BALTOS mengusung tipe marketing Fusion Market yaitu tipe marketing dengan menggabungkan perbelanjaan tradisioanal dengan perbelanjaan mall pada umumnya. hal ini menyebabkan seolah-olah pembeli merasa bangga karena menggunakan barang yang dibeli di tempat mewah namun bernuansa lokal yaitu lebel Bandung di dalamnya
Perbelanjaan yang berlokasi di pusat kota bandung dekat Balaikota Bandung ini mengadopsi tipe perbelanjaan ala Eropa dengan menggunakan superblock sebagai tempat berjualannya dan beberapa tempat hang out didalamnya. Tipe perbelanjaan ini terlihat sebagai perbelanjaan mewah, hal ini menyebabkan seolah-olah pembeli merasa bangga karena menggunakan barang yang dibeli di tempat mewah namun bernuansa lokal yaitu lebel Bandung di dalamnya.



Terimakasih Kepada Para Sumber

Sumber : http://satriagosatria.blogspot.co.id/2009/12/pengertian-delegasi.html
             : http://rezamuhazir.blogspot.co.id/
             : https://id.m.wikipedia.org/wiki

Syair Al Hallaj

By : Unknown
Ana Al-Haqq, Al-Hallaj
Aku adalah Dia yang kucinta dan
Dia yang kucinta adalah aku
Kami adalah dua jiwa yang bertempat dalam satu tubuh.
Jika engkau lihat aku, engkau lihat Dia,
dan jika engkau lihat Dia, engkau lihat aku

Maha suci zat yang sifat kemanusiaan-Nya,
membukakan rahasia cahaya ketuhanan-Nya yang gemilang.
Kemudian kelihatan baginya makhluk-Nya,
dengan nyata dalam bentuk manusia yang makan dan minum.

Jiwa-Mu disatukan dengan jiwaku,
sebagaimana anggur disatukan dengan air murni.
Jika sesuatu menyentuh Engkau,
ia menyentuhku pula,
dan ketika itu dalam tiap hal Engkau adalah aku.
Aku adalah rahasia Yang Maha Benar,
dan bukanlah Yang Maha Benar itu aku
Aku hanya satu dari yang benar, maka bedakanlah antara kami.

Sebelumnya tidak mendahului-Nya, setelah
tidak menyela-Nya, daripada tidak
bersaing dengan Dia dalam hal
keterdahuluan, dari tidak sesuai dengan Dia,
ketidak menyatu dengan dia, Dia tidak mendiami Dia,
kala tidak menghentikan Dia, jika tidak berunding dengan Dia,
atas tidak membayangi Dia,dibawah tidak menyangga Dia, sebaliknya tidak menghadapi-Nya, dengan tidak menekan Dia, dibalik tidak mengikat Dia,
didepan tidak membatasi Dia, terdahulu tidak memameri Dia,
dibelakang tidak membuat Dia luruh, semua tidak menyatukan Dia,
ada tidak memunculkan Dia, tidak ada tidak membuat Dia lenyap, penyembunyian
tidak menyelubungi Dia, pra-eksistensi-Nya mendahului waktu, adanya Dia
mendahului yang belum ada, kekalahan-Nya mendahului adanya batas.

Di dalam kemuliaan tiada aku,
atau Engkau atau kita,
Aku, Kita, Engkau dan Dia seluruhnya menyatu.
Fana’i Fana’i Fana’
Kehinaanku adalah KemuliaanMu
Kehilanganku adalah KerinduanMu
Ketiadaanku adalah KeabadianMu
Kepedihanku adalah CintaMu
Kekuranganku adalah KelebihanMu
Kesendirianku adalah pertemuanku denganMu
Kematianku adalah kebangkitanMu
Kebisuanku adalah TitahMu
Aku adalah Kamu, Kamu adalah Aku…

Selepas Ekstase (Junaid al-Baghdady)

By : Unknown
Selepas Ekstase (Junaid al-Baghdady)

Orang-orang menyebutku Sufi, saat kukata
Darahku terdiri dari Allah. Seluruh bulu romaku
Bakal masuk Surga. Dan bagai Rabi’ah : kutaktakut Neraka
O,mata mereka berbinar. Syahwat mereka nanar
Inilah susahnya hidup di tengah-tengah masyarakat keledai
Sebab terlalu silau dan terpukau oleh matahari bumi
Mereka tak sekalipun membutuhkan tongkat Musa
Sebab mereka berjubah Al-Hallaj. Dan puas menari
Dalam irama khusu’ Rumi
Hu, hu,hu,… … …

Aku stres, wahai kekasih. Kehilangan kata-kata
Di samudra kalimat-Mu. Aku menjadi gila pada suatu hari
Berteriak disudut-sudut kota yang hangus oleh nista
Ingin lari dari kungkungan para keledai. Ingin mencari
mukjizat Nabi : mendaki Tursina-Mu
berharap nemu tongkat gembala, lalu ngangon keledai dungu itu
di padang-padang kebenaran yang telah mereka lupakan
… … assalamu’aika !
kuketuk pintu Kau dalam ekstase panjang. Rabbi, anta maksudi
mereka makin terpukau. Hu, hu, hu, … …
merekamnya dipita-pita kaset. Memutarnya dikedai-kedai kopi
atau diatas pentas puisi. Menenggelamkam diri
dalam kebahagiaan semu di lautan yang tak mereka pahami
sembari mengunyah dunia

: “Pinjami aku tongkatmu, Musa
biar kubelah laut kebodohan
yang jadi batas kebenaran
melangkahi rumah nurani
di kedalaman samudera hati.”

Aku gila, wahai Kekasih. Aku gila !!
Tapi mereka keledai semakin tak sadarkan diri
Mengumbar gairah duniawisepanjang hari. Hu, hu, hu, … …
Menari-nari Rumi. “Ngigau jadi Rabi’ah
Tak takut Neraka, tak butuh Surga
Mereka tegang dalam birahi. Kemaluannya menerobos hijab
Dan tak lagi mampu menyimpan rahasia. Menggelinding
Dan pamer di panggung-panggung kolosal sekaligus murahan
Mendengus sana sini. Ngiler kesana kemari hingga puncak orgasme
Kian menjauhi bukit Tursina yang menyimpan cahaya
Tambah peduli pada kalimat ekstaseku
Sambil histeris menoreh daging diri mereka kaligrafi
Yang kehilangan makna : Allah, Allah, Allah, … …

Aku gila sekaligus takut. Rabbi !
Mereka mengeja bibirku sebagai Kitab Suci : anta maksudi
Mereka membaptisku sebagai Sufi Sejati. Mereka ingin menyatu
Keledai itu mengunyahku santai-santai bagai mngunyah dunia busuk ini
: “Pinjami aku wahai Musa

walau sebentar tongkat saktimu. Biar kungebut
mendaki bukit-bukti kehidupan para keledai
yang tengah asyik bersenggama dengan dunia
yang teler tanpa ingat akan cahaya di Tursina.”

O, ekstaseku direkam dalam berlusin pita
Dibuat makalah : didiskusikan dengan sejumlah seponsor
Dibumbui referensi busuk duniawi. Dijadikan nara sumber
Dibedah dari berbagai sudut ilmiah semu di hotel brbintang
Hu, hu, hu, … …

Mereka yang mengaku anak cucu sufi itu larut
Sambil memangku para betina. Menjelma menjadi binatang
Yang belajar bicara macam manusia. Membuat kesimpulan
Tentang perlunya sejarah baru yang baku
O, mereka makin lepas landas. Mengingkari banjir bandang
Yag menyelamatkan Nuh. Mengingkari kulit mulus Yunus
Yang terhindar dari runcingnya gigi ikan buas
Mengingkari azab. Mengingkari angin, petir dan bumi
Yang berguncang. O, aku menyaksikan
Wajah-wajah kaum A’ad dan Tsamud di tengah-tengah mereka

Aku seperti tengah menonton Qorun dan Fir’aun berpidato di mimbar
Aku bagai sedang diracuni puisi Ubay bin Kalaf yang berapi-api
Maka aku berteriak keras-keras terhadap mereka. Mencaci-maki
Mengasa ayat-ayat suci jadi pedang yang tajam
Dan menuding-nuding kewajah mereka dengan rasa jijik
O, para keledai itu sangat profesional dengan peranannya
Tak sedikitpun gentar, malah sebaliknya. Mereka kini mengamuk
Ke arahku, wahai Kekasih. Sekejap membuatku terpana
Bagai menyaksikan reinkarnasi penderitaan Nabai-Nabi

O, langit-Mu menggelarkan episode masa-lalu. Ada wajah Zakariya
Yang digergaji. Ada wajah Isa yang disalib
Dan tangan-Mu menyibak hijab dalam potret nurani: Langit
Diserbu darah suci mereka. Lapis bumi teratas merubah diri jadi sayap.
Membawa terbang kebenaran ke gerbang mahligai-Nya
Dan al-Hallaj merintih dibanjir Tigris yang dia ciptakan
Dan Rabi’ah mati diatas sajjadah kesederhanaan
Ditikam cinta dan airmata ketakutan.

Begitu lama kutunggu akhir kegilaan ini, wahai Kekasih
Sebuah penantian yang panjang yang nyaris membuatku bosan.
Sambil mencatat semua tingkah-Mu terhadapku. Malam-malam Enkau menarik
selimut tidurku dengan sebuah bisikan itu ke itu : “Bangunlah
Aku menanti kau di langit pertama-Ku.” Lantas aku
menggeliat membuang tahu dunia di kedua pinggir mata hatiku
Menepis mimpi-mimpi masyarakat yang melenakan sejak awal malam
Membasuh semua kepalsuan dengan bening air suci Kau.

O, didalam diri aku ambruk Sujudku basah
Di tas sajjadah bumi-Mu. Menikmati batin
Yang kini sejuk tersiram kasturi cinta nurani tatkala suluk
(saat kuterjaga, jasadku jadi kelaparan
selepas ekstase daku mencakar-cakar ladang dunia buat kehidupan).

KEPADA YEHUDA AMICHAI

By : Unknown
Ahmad Faisal Imron




KEPADA YEHUDA AMICHAI


di hari penebusan, 1967 itu
kau menyesali semua yang tinggal debu
di kota tua Yerusalem


di negeri mesiu


pagi :
yang tinggal gema, sisa tangis di udara
secangkir kopi dan setelah itu pun terbaca
merah pelangi Laut Jawa melintas di mataku

malam :
mimpi hitam, runcing tubuh
bunyi gemetar lutut di sepanjang subuh
sepanjang mata dan bibir terkesan rapuh


sepanjang tak ada akhir, dan nyatanya…


tak ada rabi, tak ada jiwa yang mengabarkan nyeri
bahwa hitam, hitam hanyalah sebuah penyamaran
kota menjadi dingin batu, di pinggir rumah-rumah
debu bergulung merah, sengat amis darah itu
jamuan bagi burung-burung yang lepas amarah


dan seakan tak ada akhir


dan seakan-akan inilah hari pertama:


12.00
di siang muram…


apakah ada restu di jejak sepatu
tas yang tak menyimpan mesiu
bumi di hari ini, yang mulai anyir
doa di saat laju kereta, di formulir
dan sisa tinta di jari yang ungu
di selatan, semoga Yahweh tersipu


empat belas gerbong dipaksa melaju dalam hujan
menguap di atas rel-rel yang berkeringat
hingga di stasiun yang sebenarnya, hanya geming
dan sesekali mereka menyadari bahwa firman tuhan
hanya bergema di gereja-gereja dan sinagog tua


di langit petang
para lelaki dan perempuan itu
dipaksa lari telanjang


di bawah senapan, sepertinya
tak mungkin ada yang bisa
mengais igau, meraih mimpi


pada aklamasi Mei yang ke-33


lalu anak-anak dengan wajah manis mereka
langit seakan bercahaya dan memberi sedikit arti
para petinggi tentara dengan culim dan kumis lentik
geliat bayonet, dayang-dayang atau segala macam daulat itu
memaksa mereka bahwa di sini dan sejak saat ini
tak ada agresi ataupun rasa harus memiliki


langit kembali dihinggapi sunyi


kereta berlumur dingin


07.30
setelah hari itu…


matahari menjajaki semesta
bulan terpisah dari embun
tuhan di sinagog yang sepi
langit yang sepi, dan jejaknya
doa yang tak sampai di hari ini
tinggal renung di pipi lesung
di dada-dada yang murung
tapi masih bergelas-gelas susu
buat anak-anak kami
yang menunggu giliran mati


sebuah kamp, sebuah lapangan cokelat, di situ
cahaya terpantul dari 1000 ujung senapan
dalam cekang dan penuh disentri, mereka taat berjalan


di basah lumpur dan bilur
dan esok yang tak mungkin elok


pada mulanya
ajal hanya mengintip dari balik balkon
pada mulanya
hanya fiscal atau selembar tikar
demi tubuh di sisa lelah
siang yang tak terbelah


yahweh, dan yahweh tak kunjung tiba!


beribu-ribu ambulan hanya menjerit dalam ilusi
jarum jam selalu terlambat dan hari-hari begitu berat
entah sampai kapan jejak bilur ini mereda


ada sepasang kekasih yang direstui dalam pernikahan gawat
selalu berangan bunga-bunga menyirami hatinya di pagi hari
di atas kolam yang putih bersih, anak-anak
kemudian bermain air, bermain bola-bola kecil
dan seakan hari tua bagai membayang di bening marmer
di sebuah rumah yang bertabur cinta dan hangat mentari


yahweh, engkau seakan membujuk kami, agar selalu berdoa


bebaskan kami dari gembok
yang semakin hari semakin berkarat


bebaskan kami dari darah
di hati yang tak musnah


dan hari meninggalkan hari
berganti menjadi kekosongan
yang abadi, di kota api


di Pakta Munich, di mimpi-mimpi yahudi
setiap malam tinggal maut dan nyeri merenggut
pada matanya tertampung gelap kabut dan amuk badai
di tubuh-tubuh kuning janur itu, anak-anak
dan sisa perawan pada hasrat exodus yang tak letus


gelap kabut dan amuk badai
bersambung menjadi jutaan peluru


hymne para ibrani itu pun
bergulung di lubang-lubang maut


dan di enam puluh tiga kota, hari-hari
tak menyisakan desir angin bahkan kicau burung
daun-daun bagai silalatu beranjak ke dalam fana
gemuruh serdadu dan air ludah yang menyembur
seakan di sinilah seluruh bilur


yang tak juga ansur


mata manusia, di kamar-kamar gas
di bumi tanpa cahaya, di pengasingan yang luas


mata tuhan, yang tak mengirim ibu
dengan tangis di matanya yang sayu


dan mungkin menyesali, di isi bumi
kenapa tak tak seluruhnya bunga atau merpati


16.00
waktu, teramat tabu…


langit hitam, brigade kelam
seorang jiran di luka penghabisan
semangat yang beringsut
di senapan dan tuan-tuan
di fosil dan remang kabut
semoga saja ia menyimpan kasih
abolisi yang mungkin beralih


dan hanya satu-satunya seorang saudagar
yang dapat mengobati kepedihan mereka
dengan jas hitam dan meski langkah terpatah
langit dan detak jantung seakan kembali merekah
sebuah nyanyian kebesaran mereka
kembali terdengar di langit malam dan aula
mengeringkan darah dan roh yang tersisa


mereka terbangun-tersipu
salju berkunjung dalam mimpinya
tuhan Abraham, tuhan Moses
tuhan Jesus yang di bukit tabor


o, tuhan yang terlupakan!


kenapa engkau selalu tak mendengar
tangan dan tubuh busung kami memang masih berdarah
rasanya telah bosan menghirup aroma bangkai saudara kami
yang terpanggang atau terhimpit dalam lumpur
rasanya hitam tak lagi sebuah penyamaran
rasanya rabi, pastor dan seluruh utusan tuhan
dingin kota, fosil-fosil, mimpi anak-anak
lumpur semerah delima, kilau ujung senapan
sisa abolisi juga langit di hari-hari yang pahit


selalu, bulan memerah
tangis yang merah


dan empat belas gerbong itu
kembali menunggu untuk diberangkatkan
semoga dalam hujan


ada salju di utara
yang mungkin dapat menjadi sedikit penawar luka
seribu batalion yang selalu terpatung di mata mereka
dimaknai sebagai penebus dosa, gelisah yang beslah


10.00
empat hari sebelum pembebasan…


sisa harap di tungku yang gelap
semisal asap di kuning langit
di lembab kereta yang mulai berasap
bahkan ada yang mungkin terlupa
sebenarnya, luka hanyalah alasan lain
di saat tak ada lagi hamparan bumi
yang menyerap cahaya mentari


benarkah ini hari-hari sebelum pembebasan?


cahaya pagi membayang tersalib dari sebuah jendela
seorang instansi dengan sebuah mesin tik yang lapuk
menulis nama-nama yang tersisa, yang mungkin saja
akan ada semacam harapan lain bagi anak-anak
bagi sebuah negeri yang telah mati


para leluhur kami, anak cucu kami
dan hanya mimpi yang menorehkan luka
mungkin juga mereka menyesali
kenapa di bumi yang sehijau ini
tak ada seorang utusan dan kenapa tuhan tak berseru
hutan dan perbukitan akan kembali dicintai burung-burung
seribu sungai berkelok putih dalam mimpi anak-anak


tapi di kota tua kenanganmu, 1967 itu, Yehuda!
orang-orang masih berjalan di pinggir toko dan berbaju gelap
sambil menghindari perang yang semakin hari semakin silap


nampak orang-orang berjejer kaku dan tak bicara
di sebuah makam, menyusun doa, menyusun batu
setangkai mawar, cahaya mentari, dan hidup
dan bunyi lonceng di sinagog itu, semoga tidak sendiri


semoga kereta itu tak menjadi rumah abadi



Sumber : http://komunitas-malaikat.blogspot.com/2010/02/kepada-yehuda-amichai.html#more

Biografi Syekh Ibnu Atha’illah As-sakandari

By : Unknown


Nama lengkapnya adalah Syekh Ahmad ibnu Muhammad Ibnu Atha’illah As-Sakandari. Ia lahir di Iskandariah (Mesir) pada 648 H/1250 M, dan meninggal di Kairo pada 1309 M. Julukan Al-Iskandari atau As-Sakandari merujuk kota kelahirannya itu.

Sejak kecil, Ibnu Atha’illah dikenal gemar belajar. Ia menimba ilmu dari beberapa syekh secara bertahap. Gurunya yang paling dekat adalah Abu Al-Abbas Ahmad ibnu Ali Al-Anshari Al-Mursi, murid dari Abu Al-Hasan Al-Syadzili, pendiri tarikat Al-Syadzili. Dalam bidang fiqih ia menganut dan menguasai Mazhab Maliki, sedangkan di bidang tasawuf ia termasuk pengikut sekaligus tokoh tarikat Al-Syadzili.

Ibnu Atha'illah tergolong ulama yang produktif. Tak kurang dari 20 karya yang pernah dihasilkannya. Meliputi bidang tasawuf, tafsir, aqidah, hadits, nahwu, dan ushul fiqh. Dari beberapa karyanya itu yang paling terkenal adalah kitab Al-Hikam. Buku ini disebut-sebut sebagai magnum opusnya. Kitab itu sudah beberapa kali disyarah. Antara lain oleh Muhammad bin Ibrahim ibnu Ibad Ar-Rasyid-Rundi, Syaikh Ahmad Zarruq, dan Ahmad ibnu Ajiba.



Beberapa kitab lainnya yang ditulis adalah Al-Tanwir fi Isqath Al-Tadbir, Unwan At-Taufiq fi’dab Al-Thariq, Miftah Al-Falah dan Al-Qaul Al-Mujarrad fil Al-Ism Al-Mufrad. Yang terakhir ini merupakan tanggapan terhadap Syekhul Islam ibnu Taimiyyah mengenai persoalan tauhid. 

Kedua ulama besar itu memang hidup dalam satu zaman, dan kabarnya beberapa kali terlibat dalam dialog yang berkualitas tinggi dan sangat santun. Ibnu Taimiyyah adalah sosok ulama yang tidak menyukai praktek sufisme. Sementara Ibnu Atha'illah dan para pengikutnya melihat tidak semua jalan sufisme itu salah. Karena mereka juga ketat dalam urusan syari’at.

Ibnu Atha'illah dikenal sebagai sosok yang dikagumi dan bersih. Ia menjadi panutan bagi banyak orang yang meniti jalan menuju Tuhan. Menjadi teladan bagi orang-orang yang ikhlas, dan imam bagi para juru nasihat.

Ia dikenal sebagai master atau syekh ketiga dalam lingkungan tarikat Syadzili setelah pendirinya Abu Al-Hasan Asy-Syadzili dan penerusnya, Abu Al-Abbas Al-Mursi. Dan Ibnu Atha'illah inilah yang pertama menghimpun ajaran-ajaran, pesan-pesan, doa dan biografi keduanya, sehingga khazanah tarikat Syadziliyah tetap terpelihara.

Meski ia tokoh kunci di sebuah tarikat, bukan berarti aktifitas dan pengaruh intelektualismenya hanya terbatas di tarikat saja. Buku-buku Ibnu Atha'illah dibaca luas oleh kaum muslimin dari berbagai kelompok, bersifat lintas mazhab dan tarikat, terutama kitab Al-Hikam.

Kitab Al-Hikam ini merupakan karya utama Ibnu Atha’illah, yang sangat populer di dunia Islam selama berabad-abad, sampai hari ini. Kitab ini juga menjadi bacaan utama di hampir seluruh pesantren di Nusantara.

Syekh Ibnu Atha’illah menghadirkan Kitab Al-Hikam dengan sandaran utama pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Guru besar spiritualisme ini menyalakan pelita untuk menjadi penerang bagi setiap salik, menunjukkan segala aral yang ada di setiap kelokan jalan, agar kita semua selamat menempuhnya.

Kitab Al-Hikam merupakan ciri khas pemikiran Ibnu Atha’illah, khususnya dalam paradigma tasawuf. Di antara para tokoh sufi yang lain seperti Al-Hallaj, Ibnul Arabi, Abu Husen An-Nuri, dan para tokoh sufisme falsafi yang lainnya, kedudukan pemikiran Ibnu Atha’illah bukan sekedar bercorak tasawuf falsafi yang mengedepankan teologi. Tetapi diimbangi dengan unsur-unsur pengamalan ibadah dan suluk, artinya di antara syari’at, tarikat dan hakikat ditempuh  dengan cara metodis. Corak Pemikiran Ibnu Atha’illah dalam bidang tasawuf sangat berbeda dengan para tokoh sufi lainnya. Ia lebih menekankan nilai tasawuf  pada ma’rifat. 

Adapun pemikiran-pemikiran tarikat tersebut adalah: Pertama, tidak dianjurkan kepada para muridnya untuk meninggalkan profesi dunia mereka. Dalam hal pandangannya mengenai pakaian, makanan,  dan kendaraan yang layak dalam kehidupan yang sederhana akan menumbuhkan rasa syukur kepada Allah dan mengenal rahmat Illahi.  

"Meninggalkan dunia yang berlebihan akan menimbulkan hilangnya rasa syukur. Dan berlebih-lebihan dalam memanfaatkan dunia akan membawa kepada kezaliman. Manusia sebaiknya menggunakan nikmat Allah SWT dengan sebaik-baiknya sesuai petunjuk Allah dan Rasul-Nya," kata Ibnu Atha'illah.

Kedua, tidak mengabaikan penerapan syari’at Islam. Ia adalah salah satu tokoh sufi yang menempuh jalur tasawuf hampir searah dengan Al-Ghazali, yakni suatu tasawuf yang berlandaskan kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Mengarah kepada asketisme, pelurusan dan penyucian jiwa (tazkiyah an-nafs), serta pembinaan moral (akhlak), suatu nilai tasawuf yang dikenal cukup moderat.

Ketiga,  zuhud tidak berarti harus menjauhi dunia karena pada dasarnya zuhud adalah mengosongkan hati selain daripada Tuhan. Dunia yang dibenci para sufi adalah dunia yang melengahkan dan memperbudak manusia. Kesenangan dunia adalah tingkah laku syahwat, berbagai keinginan yang tak kunjung habis, dan hawa nafsu yang tak kenal puas. "Semua itu hanyalah permainan (al-la’b) dan senda gurau (al-lahwu) yang akan melupakan Allah. Dunia semacam inilah yang dibenci kaum sufi," ujarnya.

Keempat,  tidak ada halangan bagi kaum salik untuk menjadi miliuner yang kaya raya, asalkan hatinya tidak bergantung pada harta yang dimiliknya. Seorang salik boleh mencari harta kekayaan, namun jangan sampai melalaikan-Nya dan jangan sampai menjadi hamba dunia. Seorang salik, kata Atha'illah, tidak bersedih ketika kehilangan harta benda dan tidak dimabuk kesenangan ketika mendapatkan harta.

Kelima, berusaha merespons apa yang sedang mengancam kehidupan umat, berusaha menjembatani antara kekeringan spiritual yang dialami orang yang hanya sibuk dengan urusan duniawi, dengan sikap pasif yang banyak dialami para salik. 

Keenam, tasawuf adalah latihan-latihan jiwa dalam rangka ibadah dan menempatkan diri sesuai dengan ketentuan Allah. Bagi Syekh Atha'illah, tasawuf memiliki empat aspek penting yakni berakhlak dengan akhlak Allah SWT, senantiasa melakukan perintah-Nya, dapat menguasai hawa nafsunya serta berupaya selalu bersama dan berkekalan dengan-Nya secara sunguh-sungguh.

Ketujuh, dalam kaitannya dengan ma’rifat Al-Syadzili, ia berpendapat bahwa ma’rifat adalah salah satu tujuan dari tasawuf yang dapat diperoleh dengan dua jalan; mawahib, yaitu Tuhan memberikannya tanpa usaha dan Dia memilihnya sendiri orang-orang yang akan diberi anugerah tersebut; dan makasib, yaitu ma’rifat akan dapat diperoleh melalui usaha keras seseorang, melalui ar-riyadhah, dzikir, wudhu, puasa ,sahalat sunnah dan amal shalih lainnya.






Biografi Syekh Nawawi Banten

By : Unknown

Nama Syekh Nawawi Banten sudah tidak asing lagi bagi umat Islam Indonesia. Bahkan sering terdengar disamakan kebesarannya dengan tokoh ulama klasik madzhab Syafi’i Imam Nawawi (w.676 H/l277 M). Melalui karya-karyanya yang tersebar di pesantren-pesantren tradisional yang sampai sekarang masih banyak dikaji, nama Kiai asal Banten ini seakan masih hidup dan terus menyertai umat memberikan wejangan ajaran Islam yang menyejukkan. Di setiap majlis ta’lim karyanya selalu dijadikan rujukan utama dalam berbagai ilmu; dari ilmu tauhid, fiqh, tasawuf sampai tafsir. Karya-karyanya sangat berjasa dalam mengarahkan mainstrim keilmuan yang dikembangkan di lembaga-Iembaga pesantren yang berada di bawah naungan NU.


Di kalangan komunitas pesantren Syekh Nawawi tidak hanya dikenal sebagai ulama penulis kitab, tapi juga ia adalah mahaguru sejati (the great scholar). Nawawi telah banyak berjasa meletakkan landasan teologis dan batasan-batasan etis tradisi keilmuan di lembaga pendidikan pesantren. Ia turut banyak membentuk keintelektualan tokoh-tokoh para pendiri pesantren yang sekaligus juga banyak menjadi tokoh pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Apabila KH. Hasyim Asyari sering disebut sebagai tokoh yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya NU, maka Syekh Nawawi adalah guru utamanya. Di sela-sela pengajian kitab-kitab karya gurunya ini, seringkali KH. Hasyim Asyari bernostalgia bercerita tentang kehidupan Syekh Nawawi, kadang mengenangnya sampai meneteskan air mata karena besarnya kecintaan beliau terhadap Syekh Nawawi.

Mengungkap jaringan intelektual para ulama Indonesia sebelum organisasi NU berdiri merupakan kajian yang terlupakan dari perhatian para pemerhati NU. Terlebih lagi bila ditarik sampai keterkaitannya dengan keberhasilan ulama-ulama tradisional dalam karir keilmuannya di Mekkah dan Madinah. Salah satu faktor minimnya kajian di seputar ini adalah diakibatkan dari persepsi pemahaman sebagian masyarakat yang sederhana terhadap NU. NU dipahami sebagai organisasi keagamaan yang seolah-olah hanya bergerak dalam sosial politik dengan sejumlah langkah-langkah perjalanan politik praktisnya, dan bukan sebagai organisasi intelektual keagamaan yang bergerak dalam keilmuan dan mencetak para ulama. Sehingga orang merasa heran dan terkagum-kagum ketika menyaksikan belakangan ini banyak anak muda NU mengusung gerakan pemikiran yang sangat maju, berani dan progressif. Mereka tidak menyadari kalau di tubuh NU juga memiliki akar tradisi intelektual keilmuan yang mapan dan tipikal. Dengan begitu NU berdiri untuk menyelamatkan tradisi keilmuan Islam yang hampir tercerabut dari akar keilmuan ulama salaf. Figur ulama seperti Syekh Nawawi Banten merupakan sosok ulama berpengaruh yang tipikal dari model pemikiran demikian.
Ia memegang teguh mempertahankan traidisi keilmuan klasik, suatu tradisi keilmuan yang tidak bisa dilepaskan dari kesinambungan secara evolutif dalam pembentukkan keilmuan agama Islam. Besarnya pengaruh pola pemahaman dan pemikiran Syekh Nawawi Banten terhadap para tokoh ulama di Indonesia, Nawawi dapat dikatakan sebagai poros dari. akar tradisi keilmuan pesantren dan NU. Untuk itu menarik jika di sini diuraikan sosok sang kiai ini dengan sejumlah pemikiran mendasar yang kelak akan banyak menjadi karakteristik pola pemikiran dan perjuangan para muridnya di pesantren-pesantren.

Hidup Syekh Nawawi
Syekh Nawawi Banten memiliki nama lengkap Abu Abd al-Mu’ti Muhammad ibn Umar al- Tanara al-Jawi al-Bantani. Ia lebih dikenal dengan sebutan Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani. Dilahirkan di Kampung Tanara, Serang, Banten pada tahun 1815 M/1230 H. Pada tanggal 25 Syawal 1314 H/1897 M. Nawawi menghembuskan nafasnya yang terakhir di usia 84 tahun. Ia dimakamkan di Ma’la dekat makam Siti Khadijah, Ummul Mukminin istri Nabi. Sebagai tokoh kebanggaan umat Islam di Jawa khususnya di Banten, Umat Islam di desa Tanara, Tirtayasa Banten setiap tahun di hari Jum’at terakhir bulan Syawwal selalu diadakan acara khol untuk memperingati jejak peninggalan Syekh Nawawi Banten.

Ayahnya bernama Kiai Umar, seorang pejabat penghulu yang memimpin Masjid. Dari silsilahnya, Nawawi merupakan keturunan kesultanan yang ke-12 dari Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati, Cirebon), yaitu keturunan dari putra Maulana Hasanuddin (Sultan Banten I) yang bemama Sunyararas (Tajul ‘Arsy). Nasabnya bersambung dengan Nabi Muhammad melalui Imam Ja’far As- Shodiq, Imam Muhammad al Baqir, Imam Ali Zainal Abidin, Sayyidina Husen, Fatimah al-Zahra.


Pada usia 15 tahun, ia mendapat kesempatan untuk pergi ke Mekkah menunaikan ibadah haji. Di sana ia memanfaatkannya untuk belajar ilmu kalam, bahasa dan sastra Arab, ilmu hadis, tafsir dan terutama ilmu fiqh. Setelah tiga tahun belajar di Mekkah ia kembali ke daerahnya tahun 1833 dengan khazanah ilmu keagamaan yang relatif cukup lengkap untuk membantu ayahnya mengajar para santri. Nawawi yang sejak kecil telah menunjukkan kecerdasannya langsung mendapat simpati dari masyarakat Kedatangannya membuat pesantren yang dibina ayahnya membludak didatangi oleh santri yang datang dari berbagai pelosok. Namun hanya beberapa tahun kemudian ia memutuskan berangkat lagi ke Mekkah sesuai dengan impiannya untuk mukim dan menetap di sana.

Di Mekkah ia melanjutkan belajar ke guru-gurunya yang terkenal, pertama kali ia mengikuti bimbingan dari Syeikh Khatib Sambas (Penyatu Thariqat Qodiriyah-Naqsyabandiyah di Indonesia) dan Syekh Abdul Gani Duma, ulama asal Indonesia yang bermukim di sana. Setelah itu belajar pada Sayid Ahmad Dimyati, Ahmad Zaini Dahlan yang keduanya di Mekkah. Sedang di Madinah, ia belajar pada Muhammad Khatib al-Hanbali. Kemudian ia melanjutkan pelajarannya pada ulama-ulama besar di Mesir dan Syam (Syiria). Menurut penuturan Abdul Jabbar bahwa Nawawi juga pemah melakukan perjalanan menuntut ilmunya ke Mesir. Guru sejatinya pun berasal dari Mesir seperti Syekh Yusuf Sumbulawini dan Syekh Ahmad Nahrawi.
Setelah ia memutuskan untuk memilih hidup di Mekkah dan meninggalkan kampung halamannya ia menimba ilmu lebih dalam lagi di Mekkah selama 30 tahun. Kemudian pada tahun 1860 Nawawi mulai mengajar di lingkungan Masjid al-Haram. Prestasi mengajarnya cukup memuaskan karena dengan kedalaman pengetahuan agamanya, ia tercatat sebagai Syekh di sana. Pada tahun 1870 kesibukannya bertambah karena ia harus banyak menulis kitab. Inisiatif menulis banyak datang dari desakan sebagian koleganya yang meminta untuk menuliskan beberapa kitab. Kebanyakan permintaan itu datang dari sahabatnya yang berasal dari Jawi, karena dibutuhkan untuk dibacakan kembali di daerah asalnya. Desakan itu dapat terlihat dalam setiap karyanya yang sering ditulis atas permohonan sahabatnya. Kitab-kitab yang ditulisnya sebagian besar adalah kitab-kitab komentar (Syarh) dari karya-karya ulama sebelumnya yang populer dan dianggap sulit dipahami. Alasan menulis Syarh selain karena permintaan orang lain, Nawawi juga berkeinginan untuk melestarikan karya pendahulunya yang sering mengalami perubahan (ta’rif) dan pengurangan.

Dalam menyusun karyanya Nawawi selalu berkonsultasi dengan ulama-ulama besar lainnya, sebelum naik cetak naskahnya terlebih dahulu dibaca oleh mereka. Dilihat dari berbagai tempat kota penerbitan dan seringnya mengalami cetak ulang sebagaimana terlihat di atas maka dapat dipastikan bahwa karya tulisnya cepat tersiar ke berbagai penjuru dunia sampai ke daerah Mesir dan Syiria. Karena karyanya yang tersebar luas dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan padat isinya ini nama Nawawi bahkan termasuk dalam kategori salah satu ulama besar di abad ke 14 H/19 M. Karena kemasyhurannya ia mendapat gelar: A ‘yan ‘Ulama’ al-Qarn aI-Ra M’ ‘Asyar Li al-Hijrah,. AI-Imam al-Mul1aqqiq wa al-Fahhamah al-Mudaqqiq, dan Sayyid ‘Ulama al-Hijaz.

Kesibukannya dalam menulis membuat Nawawi kesulitan dalam mengorganisir waktu sehingga tidak jarang untuk mengajar para pemula ia sering mendelegasikan siswa-siswa seniornya untuk membantunya. Cara ini kelak ditiru sebagai metode pembelajaran di beberapa pesantren di pulau Jawa. Di sana santri pemula dianjurkan harus menguasai beberapa ilmu dasar terlebih dahulu sebelum belajar langsung pada kiai agar proses pembelajaran dengan kiai tidak mengalami kesulitan.


Bidang Teologi

Karya-karya besar Nawawi yang gagasan pemikiran pembaharuannya berangkat dari Mesir, sesungguhnya terbagi dalam tujuh kategorisasi bidang; yakni bidang tafsir, tauhid, fiqh, tasawuf, sejarah nabi, bahasa dan retorika. Hampir semua bidang ditulis dalam beberapa kitab kecuali bidang tafsir yang ditulisnya hanya satu kitab. Dari banyaknya karya yang ditulisnya ini dapat jadikan bukti bahwa memang Syeikh Nawawi adalah seorang penulis produktif multidisiplin, beliau banyak mengetahui semua bidang keilmuan Islam. Luasnya wawasan pengetahuan Nawawi yang tersebar membuat kesulitan bagi pengamat untuk menjelajah seluruh pemikirannya secara konprehenshif-utuh.

Dalam beberapa tulisannya seringkali Nawawi mengaku dirinya sebagai penganut teologi Asy’ari (al-Asyari al-I’tiqodiy). Karya-karyanya yang banyak dikaji di Indonesia di bidang ini dianranya Fath ai-Majid, Tijan al-Durari, Nur al Dzulam, al-Futuhat al-Madaniyah, al-Tsumar al-Yaniah, Bahjat al-Wasail, Kasyifat as-Suja dan Mirqat al-Su’ud.
Sejalan dengan prinsip pola fikir yang dibangunnya, dalam bidang teologi Nawawi mengikuti aliran teologi Imam Abu Hasan al-Asyari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi. Sebagai penganut Asyariyah Syekh Nawawi banyak memperkenalkan konsep sifa-sifat Allah.

Seorang muslim harus mempercayai bahwa Allah memiliki sifat yang dapat diketahui dari perbuatannya (His Act), karena sifat Allah adalah perbuatanNya. Dia membagi sifat Allah dalam tiga bagian : wajib, mustahil dan mumkin. Sifat Wajib adalah sifat yang pasti melekat pada Allah dan mustahil tidak adanya, dan mustahil adalah sifat yang pasti tidak melekat pada Allah dan wajib tidak adanya, sementara mumkin adalah sifat yang boleh ada dan tidak ada pada Allah. Meskipun Nawawi bukan orang pertama yang membahas konsep sifatiyah Allah, namun dalam konteks Indonesia Nawawi dinilai orang yang berhasil memperkenalkan teologi Asyari sebagai sistem teologi yang kuat di negeri ini.

Kemudian mengenai dalil naqliy dan ‘aqliy, menurutnya harus digunakan bersama-sama, tetapi terkadang bila terjadi pertentangan di antara keduanya maka naql harus didahulukan. Kewajiban seseorang untuk meyakini segala hal yang terkait dengan keimanan terhadap keberadaan Allah hanya dapat diketahui oleh naql, bukan dari aql. Bahkan tiga sifat di atas pun diperkenalkan kepada Nabi. Dan setiap mukallaf diwajibkan untuk menyimpan rapih pemahamannya dalam benak akal pikirannya.

Tema yang perlu diketahui di sini adalah tentang Kemahakuasaan Allah (Absolutenes of God). Sebagaimana teolog Asy’ary lainnya, Nawawi menempatkan dirinya sebagai penganut aliran yang berada di tengah-tengah antara dua aliran teologi ekstrim: Qadariyah dan Jabbariyah, sebagaimana dianut oleh ahlussunnah wal-Jama’ah. Dia mengakui Kemahakuasaan Tuhan tetapi konsepnya ini tidak sampai pada konsep jabariyah yang meyakini bahwa sebenamya semua perbuatan manusia itu dinisbatkan pada Allah dan tidak disandarkan pada daya manusia, manusia tidak memiliki kekuatan apa-apa. Untuk hal ini dalam konteks Indonesia sebenamya Nawawi telah berhasil membangkitkan dan menyegarkan kembali ajaran Agama dalam bidang teologi dan berhasil mengeliminir kecenderungan meluasnya konsep absolutisme Jabbariyah di Indonesia dengan konsep tawakkal bi Allah.

Sayangnya sebagian sejarawan modem terlanjur menuding teologi Asyariyah sebagai sistem teologi yang tidak dapat menggugah perlawanan kolonialisme. Padahal fenomena kolonialisme pada waktu itu telah melanda seluruh daerah Islam dan tidak ada satu kekuatan teologi pun yang dapat melawannya, bahkan daerah yang bukan Asyariyah pun turut terkena. Dalam konteks Islam Jawa teologi Asyariyah dalam kadar tertentu sebenamya telah dapat menumbuhkan sikap merdekanya dari kekuatan lain setelah tawakkal kepada Allah. Melalui konsep penyerahan diri kepada Allah umat Islam disadarkan bahwa tidak ada kekuatan lain kecuali Allah. Kekuatan Allah tidak terkalahkan oleh kekuatan kolonialis. Di sinilah letak peranan Nawawi dalam pensosialisasian teologi Asyariyahnya yang terbukti dapat menggugah para muridnya di Mekkah berkumpul dalam “koloni Jawa”.Dalam beberapa kesempatan Nawawi sering memprovokasi bahwa bekerja sama dengan kolonial Belanda (non muslim) haram hukumnya. Dan seringkali kumpulan semacam ini selalu dicurigai oleh kolonial Belanda karena memiliki potensi melakukan perlawanan pada mereka.
Sementara di bidang fikih tidak berlebihan jika Syeikh Nawawi dikatakan sebagai “obor” mazhab imam Syafi’i untuk konteks Indonesia. Melalui karya-karya fiqhnya seperti Syarh Safinat a/-Naja, Syarh Sullam a/-Taufiq, Nihayat a/-Zain fi Irsyad a/-Mubtadi’in dan Tasyrih a/a Fathul Qarib,sehingga KH. Nawawi berhasil memperkenalkan madzhab Syafi’i secara sempurna Dan, atas dedikasi KH. Nawawi yang mencurahkan hidupnya hanya untuk mengajar dan menulis mendapat apresiasi luas dari berbagai kalangan. Hasil tulisannya yang sudah tersebar luas setelah diterbitkan di berbagai daerah memberi kesan tersendiri bagi para pembacanya. Pada tahun 1870 para ulama Universitas alAzhar Mesir pemah mengundangnya untuk memberikan kuliah singkat di suatu forum diskusi ilmiyah. Mereka tertarik untuk mengundangnya karena nama KH. Nawawi sudah dikenal melalui karya-karyanya yang telah banyak tersebar di Mesir.

Sufi Brilian
Sejauh itu dalam bidang tasawuf, Nawawi dengan aktivitas intelektualnya mencerminkan ia bersemangat menghidupkan disiplin ilmu-ilmu agama. Dalam bidang ini ia memiliki konsep yang identik dengan tasawuf ortodok. Dari karyanya saja Nawawi menunjukkan seorang sufi brilian, ia banyak memiliki tulisan di bidang tasawuf yang dapat dijadikan sebagai rujukan standar bagi seorang sufi. Brockleman, seorang penulis dari Belanda mencatat ada 3 karya Nawawi yang dapat merepresentasikan pandangan tasawufnya : yaitu Misbah al-Zulam, Qami’ al-Thugyan dan Salalim al Fudala. Di sana Nawawi banyak sekali merujuk kitab Ihya ‘Ulumuddin alGazali. Bahkan kitab ini merupakan rujukan penting bagi setiap tarekat.

Pandangan tasawufnya meski tidak tergantung pada gurunya Syekh Khatib Sambas, seorang ulama tasawuf asal Jawi yang memimpin sebuah organisasi tarekat, bahkan tidak ikut menjadi anggota tarekat, namun ia memiliki pandangan bahwa keterkaitan antara praktek tarekat, syariat dan hakikat sangat erat. Untuk memahami lebih mudah dari keterkaitan ini Nawawi mengibaratkan syariat dengan sebuah kapal, tarekat dengan lautnya dan hakekat merupakan intan dalam lautan yang dapat diperoleh dengan kapal berlayar di laut. Dalam proses pengamalannya Syariat (hukum) dan tarekat merupakan awal dari perjalanan (ibtida’i) seorang sufi, sementara hakikat adalah basil dari syariat dan tarikat. Pandangan ini mengindikasikan bahwa Syekh Nawawi tidak menolak praktek-praktek tarekat selama tarekat tersebut tidak mengajarkan hal-hat yang bertentangan dengan ajaran Islam, syariat.

Paparan konsep tasawufnya ini tampak pada konsistensi dengan pijakannya terhadap pengalaman spiritualitas ulama salaf. Tema-teman yang digunakan tidak jauh dari rumusan ulama tasawuf klasik. Model paparan tasawuf inilah yang membuat Nawawi harus dibedakan dengan tokoh sufi Indonesia lainnya. la dapat dimakzulkan (dibedakan) dari karakteristik tipologi tasawuf Indonesia, seperti Hamzah Fansuri, Nuruddin al-Raniri, Abdurrauf Sinkel dan sebagainya.

Tidak seperti sufi Indonesia lainnya yang lebih banyak porsinya dalam menyadur teori-teori genostik Ibnu Arabi, Nawawi justru menampilkan tasawuf yang moderat antara hakikat dan syariat. Dalam formulasi pandangan tasawufnya tampak terlihat upaya perpaduan antara fiqh dan tasawuf. Ia lebih Gazalian (mengikuti Al-Ghazali) dalam hal ini.

Dalam kitab tasawufnya Salalim al-Fudlala, terlihat Nawawi bagai seorang sosok al-Gazali di era modern. Ia lihai dalam mengurai kebekuan dikotomi fiqh dan tasawuf. Sebagai contoh dapat dilihat dari pandangannya tentang ilmu alam lahir dan ilmu alam batin. Ilmu lahiriyah dapat diperoleh dengan proses ta’al/um (berguru) dan tadarrus (belajar) sehingga mencapai derajat ‘alim sedangkan ilmu batin dapat diperoleh melului proses dzikr, muraqabah dan musyahadah sehingga mencapai derajat ‘Arif. Seorang Abid diharapkan tidak hanya menjadi alim yang banyak mengetahui ilmu-ilmu lahir saja tetapi juga harus arif, memahami rahasia spiritual ilmu batin.

Bagi Nawawi Tasawuf berarti pembinaan etika (Adab). Penguasaan ilmu lahiriah semata tanpa penguasaan ilmu batin akan berakibat terjerumus dalam kefasikan, sebaliknya seseorang berusaha menguasai ilmu batin semata tanpa dibarengi ilmu lahir akan tejerumus ke dalam zindiq. Jadi keduanya tidak dapat dipisahkan dalam upaya pembinaan etika atau moral (Adab).

Selain itu ciri yang menonjol dari sikap kesufian Nawawi adalah sikap moderatnya. Sikap moderat ini terlihat ketika ia diminta fatwanya oleh Sayyid Ustman bin Yahya, orang Arab yang menentang praktek tarekat di Indonesia, tentang tasawuf dan praktek tarekat yang disebutnya dengan “sistem yang durhaka”. Permintaan Sayyid Ustman ini bertujuan untuk mencari sokongan dari Nawawi dalam mengecam praktek tarekat yang dinilai oleh pemerintah Belanda sebagai penggerak pemberontakan Banten 1888. Namun secara hati-hati Nawawi menjawab dengan. bahasa yang manis tanpa menyinggung perasaan Sayyid Ustman. Sebab Nawawi tahu bahwa di satu sisi ia memahami kecenderungan masyarakat Jawi yang senang akan dunia spiritual di sisi lain ia tidak mau terlibat langsung dalam persoalan politik.

Setelah karyanya banyak masuk di Indonesia wacana keIslaman yang dikembangkan di pesantren mulai berkembang.. Misalkan dalam laporan penelitian Van Brunessen dikatakan bahwa sejak tahun 1888 M, bertahap kurikulum pesantren mulai acta perubahan mencolok. Bila sebelumnya seperti dalam catatan VanDen Berg dikatakatan tidak ditemukan sumber referensi di bidang Tafsir, Ushl al-Fiqh dan Hadits, sejak saat itu bidang keilmuan yang bersifat epistemologis tersebut mulai dikaji. Menurutnya perubahan tiga bidang di atas tidak terlepas dari jasa tiga orang alim Indonesia yang sangat berpengaruh: Syekh Nawawi Banten sendiri yang telah berjasa dalam menyemarakkan bidang tafsir, Syekh Ahmad Khatib (w. 1915) yang telah berjasa mengembangkan bidang Ushul Fiqh dengan kitabnya al-Nafahat ‘Ala Syarh al-Waraqat, dan Kiai Mahfuz Termas (1919 M) yang telah berjasa dalam bidang Ilmu Hadis.

Sebenarnya karya-karya Nawawi tidak hanya banyak dikaji dan dipelajari di seluruh pesantren di Indonesia tetapi bahkan di seluruh wilayah Asia Tenggara. Tulisan-tulisan Nawawi dikaji di lembaga-Iembaga pondok tradisional di Malaysia, Filipina dan Thailand. Karya Nawawi diajarkan di sekolah-sekolah agama di Mindanao (Filipina Selatan), dan Thailand. Menurut Ray Salam T. Mangondanan, peneliti di Institut Studi Islam, University of Philippines, pada sekitar 40 sekolah agama di Filipina Selatan yang masih menggunakan kurikulum tradisional. Selain itu Sulaiman Yasin, seorang dpsen di Fakultas Studi Islam, Universitas Kebangsaan di Malaysia, mengajar karya-karya Nawawi sejak periode 1950-1958 di Johor dan di beberapa sekolah agama di Malaysia. Di kawasan Indonesia menurut Martin Van Bruinessen yang sudah meneliti kurikulum kitab-kitab rujukan di 46 Pondok Pesantren Klasik 42 yang tersebar di Indonesia mencatat bahwa karya-karya Nawawi memang mendominasi kurikulum Pesantren. Sampai saat ia melakukan penelitian pada tahun 1990 diperkirakan pada 22 judul tulisan Nawawi yang masih dipelajari di sana. Dari 100 karya populer yang dijadikan contoh penelitiannya yang banyak dikaji di pesantren-pesantren terdapat 11 judul populer di antaranya adalah karya Nawawi.
Penyebaran karya Nawawi tidak lepas dari peran murid-muridnya. Di Indonesia murid-murid Nawawi termasuk tokoh-tokoh nasional Islam yang cukup banyak berperan selain dalam pendidikan Islam juga dalam perjuangan nasional. Di antaranya adalah : KH. Hasyim Asyari dari Tebuireng Jombang, Jawa Timur. (Pendiri organisasi Nahdlatul Ulama ), KH. Kholil dari Bangkalan, Madura, Jawa Timur, KH. Asyari dari Bawean, yang menikah dengan putri KH. Nawawi, Nyi Maryam, KH. Najihun dari Kampung Gunung, Mauk, Tangerang yang menikahi cucu perempuan KH. Nawawi, Nyi Salmah bint Rukayah bint Nawawi, KH. Tubagus Muhammad Asnawi, dari Caringin Labuan, Pandeglang Banten, KH. Ilyas dari Kampung Teras, Tanjung Kragilan, Serang , Banten, KH. Abd Gaffar dari Kampung Lampung, Kec. Tirtayasa, Serang Banten, KH. Tubagus Bakri dari Sempur, Purwakarta. Penyebaran karyanya di sejumlah pesantren yang tersebar di seluruh wilayah nusantara ini memperkokoh pengaruh ajaran Nawawi.

Penelitian Zamakhsyari Dhofir mencatat pesantren di Indonesia dapat dikatakan memiliki rangkaian geneologi yang sama. Polarisasi pemikiran modernis dan tradisionalis yang berkembang di Haramain seiring dengan munculnya gerakan pembaharuan Afghani dan Abduh, turut mempererat soliditas ulama tradisional di Indonesia yang sebagaian besar adalah sarjana-sarjana tamatan Mekkah dan Madinah. Bila ditarik simpul pengikat di sejumlah pesantren yang ada maka semuanya dapat diurai peranan kuatnya dari jasa enam tokoh ternama yang sangat menentukan wama jaringan intelektual pesantren. Mereka adalah Syekh Ahmad Khatib Syambas, Syekh K.H. Nawawi Banten., Syekh K.H. Mahfuz Termas, Syekh K.H. Abdul Karim, K.H. Kholil Bangkalan Madura, dan Syekh K.H. Hasyim Asy’ari. Tiga tokoh yang pertama merupakan guru dari tiga tokoh terakhir.
Mereka berjasa dalam menyebarkan ide-ide pemikiran gurunya. Karya-karya Nawawi yang tersebar di beberapa pesantren, tidak lepas dari jasa mereka. K.H. Hasyim Asya’ari, salah seorang murid Nawawi terkenal asal Jombang, sangat besar kontribusinya dalam memperkenalkan kitab-kitab Nawawi di pesantren-pesantren di Jawa. Dalam merespon gerakan reformasi untuk kembali kepada al-Qur’an di setiap pemikiran Islam, misalkan, K.H. Hasyim Asya’ari lebih cenderung untuk memilih pola penafsiran Marah Labid karya Nawawi yang tidak sarna sekali meninggalkan karya ulama Salaf. Meskipun ia senang membaca Kitab tafsir a/-Manar karya seorang reformis asal Mesir, Muhammad Abduh, tetapi karena menurut penilaiannya Abduh terlalu sinis mencela ulama klasik ia tidak mall mengajarkannya pada santri dan ia lebih senang memilih kitab gurunya. Dua tokoh murid Nawawi lainnya berjasa di daerah asalnya. Syekh K.H. Kholil Bangkalan dengan pesantrennya di Madura tidak bisa dianggap kecil perannya dalam penyebaran karya Nawawi. Begitu juga dengan Syekh Abdul Karim yang berperan di Banten dengan Pesantrennya, dia terkenal dengan nama Kiai Ageng. Melalui tarekat Qadiriyah wan Naqsyabandiyah Ki Ageng menjadi tokoh sentral di bidang tasawuf di daerah Jawa Barat.

Kemudian ciri geneologi pesantren yang satu sarna lain terkait juga turut mempercepat penyebaran karya-karya Nawawi, sehingga banyak dijadikan referensi utama. Bahkan untuk kitab tafsir karya Nawawi telah dijadikan sebagai kitab tafsir kedua atau ditempatkan sebagai tingkat mutawassith (tengah) di dunia Pesantren setelah tafsir Jalalain. Peranan Kiai para pemimpin pondok pesantren dalam memperkenalkan karya Nawawi sangat besar sekali. Mereka di berbagai pesantren merupakan ujung tombak dalam transmisi keilmuan tradisional Islam. Para kiai didikan K.H Hasyim Asyari memiliki semangat tersendiri dalam mengajarkan karya-karya Nawawi sehingga memperkuat pengaruh pemikiran Nawawi.
Dalam bidang tasawuf saja kita bisa menyaksikan betapa ia banyak mempengaruhi wacana penafsiran sufistik di Indonesia. Pesantren yang menjadi wahana penyebaran ide penafsiran Nawawi memang selain mejadi benteng penyebaran ajaran tasawuf dan tempat pengajaran kitab kuning juga merupakan wahana sintesis dari dua pergulatan antara tarekat heterodoks versus tarekat ortodoks di satu sisi dan pergulatan antara gerakan fiqh versus gerakan tasawuf di sisi lain. Karya-karnya di bidang tasawuf cukup mempunyai konstribusi dalam melerai dua arus tasawuf dan fiqh tersebut. Dalam hal ini Nawawi, ibarat alGazali, telah mendamaikan dua kecenderungan ekstrim antara tasawuf yang menitik beratkan emosi di satu sisi dan fiqh yang cenderung rasionalistik di sisi lain.

Sejak abad ke-20 pesantren memiliki fungsi strategis. Gerakan intelektual dari generasi pelanjut K.H. Nawawi ini lambat laun bergeser masuk dalam wilayah politik. Ketika kemelut politik di daerah Jazirah Arab meletus yang berujung pada penaklukan Haramain oleh penguasa Ibn Saud yang beraliran Wahabi, para ulama pesantren membentuk sebuah komite yang disebut dengan “komite Hijaz” yang terdiri dari 11 ulama pesantren. Dengan dimotori oleh K.H. Wahab Hasbullah dari Jombang Jatim, seorang kiai produk perguruan Haramain, komite ini bertugas melakukan negosiasi dengan raja Saudi yang akan memberlakukan kebijakan penghancuran makam-makam dan peninggalan-peninggalan bersejarah dan usaha itu berhasil. Dan, dalam perkembangannya komite ini kemudian berlanjut mengikuti isu-isu politik di dalam negeri. Untuk masuk dalam wilayah politik praktis secara intens organisasi ini kemudian mengalami perubahan nama dari Nahdlatul Wathan (NW) sampai jadi Nahdlatul Ulama (NU).

Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa KH.Nawawi merupakan sosok ulama yang menjadi “akar tunjang” dalam tradisi keintelektualan NU. Sebab karakteristik pola pemikirannya merupakan representasi kecenderungan pemikiran tradisional yang kuat di tengah-tengah gelombang gerakan purifikasi dan pembaharuan. Kehadiran NU adalah untuk membentengi tradisi ini dari ancaman penggusuran intelektual yang mengatasnamakan tajdid terhadap khasanah klasik. Karenanya formulasi manhaj a/-Fikr tawaran KH. Nawawi banyak dielaborasi (diuraikan kembali) oleh para ulama NU sebagai garis perjuangannya yang sejak tahun 1926 dituangkan dalam setiap konferensinya. Bahkan tidak berlebihan bila disebut berdirinya NU merupakan tindak lanjut institusionalisasi dari arus pemikiran KH.Nawawi Banten.




- Copyright © istitute boil loob - Time Oprud - Powered by Blogger - Designed by Ngopi Udud -